Thursday, November 17, 2022

APAKAH JEPANG TIDAK SERIUS MENGEMBANGKAN ANGKATAN PERANGNYA

 Alih-alih bersatu untuk mengevaluasi strategi perang di masa depan, Jepang justru memperkeruh dengan memecah berbagai fraksi dalam militernya, dan paling parahnya fraksi fraksi ini saling menyerang bahkan membunuh untuk mendapatkan dominasi politik Jepang yang pada dasarnya untuk mempertahankan harga diri dan ego negara.

Hasilnya Jepang terseret di dalam perang abadi yang benar-benar tidak di perlukan dengan China hanya demi harga diri, tujuan utama mereka menginvasi Siberia tidak pernah menjadi pembelajaran buat mereka bahwa persenjataan mereka sangat 'Outgunned' dibanding Soviet yang kala itu mengandalkan tank tercepat mereka BT-7 dibawah komando Georgy Zukhov ( sulit mencari komandan yang sama kualitasnya di Jepang).

Di bawah ini saya beri perbandingannya.

Segerombolan BT-7 tampaknya sedang melakukan offensive di Khalkin Gol 1939, tank 'begal lampung' ini punya kecepatan mencapai 85km/jam. Tanpa kalian sadari bahwa Zukhov lebih dulu mengaplikasikan pertempuran Tank Independen daripada Jerman dengan Blitzkrieg-nya.

Mungkin ini bukan gambaran sepenuhnya tentang taktis perang Jepang, namun dengan pastinya bahwa Jepang masih menganut tradisi militer nenek moyang-nya, yaitu 'Human wave'.

kumpulan relic Jepang sedang di 'Examine' oleh Infantry dan kru tank Soviet. Nggak usah di jelasin kualitas tank ini, buat saya masih lebih bagus metromini ugal-ugalan dibanding tank ini.

Sekelompok Prajurit Kwantung sedang nongkrong di garis belakang lawan (kena tawan).

Well, mungkin gambar diatas bukan penggambaran semua tentang pertempuran Khalkin Gol antara Soviet dan Jepang, dan sebenarnya Jepang punya tawanan tentara Soviet. Namun secara garis besar doktrin tempur Jepang sangat feodal, bahkan untuk melumpuhkan semacam tank cepat soviet harus menggunakan tenaga infantri dibanding meriam AT, tank Jepang yang ada di sana bisa di bilang punya punya performa buruk.

LANJUT…

Mau tau apa yang paling terburuknya? AD Jepang yang menjadi penguasa negeri mulai tertarik dengan usulan offensive dari kompatriotnya dari AL yaitu front Pasifik dan meninggalkan front soviet nya yang tidak berbuah manis. Front Pasifik sepertinya cukup menggiurkan buat Angkatan Darat namun dia lupa bahwa prajuritnya tidak punya pengalaman tempur di hutan ditambah wilayah pasifik adalah wilayah tropis dengan segala ancaman penyakit tropis yang sewaktu-waktu menjangkit pasukan mereka.

Namun itu semua tertutupi ketika Jepang sepertinya mabuk kemenangan di bulan awal offensive mereka, atau paling tidak sebelum mereka berhadapan dengan prajurit tempur lawan, bukan pasukan kolonialis yang mereka capture di Singapore dan Philipine dalam jumlah massal (yang memiliki perlengkapan buruk dan bahkan masih menggunakan seragam dan persenjataan 'great war' punya bapak mereka). Dan akhirnya baru terasa ketika mereka sampai di Guadalcanal dan Jalur Cocoda di Papua New Guinea, praktis mereka berhenti sampai disana.

Wajah cerah para prajurit kekaisaran yang sedang mengcapture infantri Amerika di Filipina, tampak jelas dari helm dan seragamnya yang masih menggunakan model great war, ini membuktikan bahwa pasukan Amerika di filipina bukan sebagai pasukan tempur tapi pasukan kolonial dan tidak 'well equiped'.

ITU YANG PERTAMA..

YANG KEDUA.

Masalah doktrin militer dan kepercayaan diri. Secara garis besar, para perwira Jepang sangat aristokrat, berwibawa, kaku dan feodal. Sementara prajurit rendahannya seperti pegawai sipil, dimana tidak ada orientasi kebebasan dalam inisiatif perang, jadi kalau perwira mereka mati sisanya tinggal dihabisi atau menghabisi diri sendiri.

Dalam hal kepercayaan diri prajurit AD Jepang nomor.1 namun dalam strategi sangat payah (Tomoyuki Yamashita, Tadamichi Kuribayashi, Kunio Nakagawa, Shunroku Hata, Iwane Matsui adalah pengecualian), melihat bahwa Amerika dapat ditumpas dengan mudah di filipina, Kolonel Kiyonao Ichiki sang veteran Filipina mencoba keberuntungannya untuk human wave di Guadalcanal, dengan strategi penyerbuan malam.

Dan hasilnya begini, mahakarya sang Kolonel Kiyonao Ichiki dengan kekuatan awal 917 prajurit berhasil membuat pasukannya terbunuh sebanyak 789 pasukan hanya dalam semalaman di Alligator Creek, pertempuran Tenaru.

Kolonel Kiyonao Ichiki, yang akhirnya seppuku di pertempuran yang sama karna malu.

Dan polosnya, udah tau bakal gagal tapi Banzai Charge ini masih dipake hingga akhir perang sebagai solusi akhir.

YANG KETIGA…

Mari beralih ke Angkatan Laut Kekaisaran.

Jepang mempunyai sebuah strategi trik khusus sebelum melakukan operasi militer rahasia agar berjalan sukses dan tidak disadap musuh.
Yaitu trik '
senyap', yaitu strategi dimana pada saat kesatuan tugas khusus armada dalam perjalanan menuju sasaran operasi serangan, setiap kapal dalam satuan tugas tidak boleh melakukan komunikasi via radio, dan telekomunikasi hanya bisa dilakukan secara terbatas melalui telegram itupun hanya untuk laporan ke markas besar, dan itu dilakukan sebelum sasaran telah dicapai.

Dan hebatnya operasi ini sangat sukses ketika menyerang Pearl Harbor, karena stasiun radio amerika yang berada di Midway tidak mendapat aktivitas komunikasi apapun ketika armada Jepang melintasi mereka.

Namun, trik ini menjadi bumerang buat Jepang ketika mereka hendak menginvasi Midway, dan akhirnya mengkaramkan 4 kapal induk berharganya dan seorang komandan paling cemerlangnya yaitu Yamaguchi Tamon.

Sebenarnya masih banyak sih aspeknya, cuma saya capek.
Tapi kalo memang ada request agar di perpanjang, dengan senang hati saya tambahin.

No comments:

Post a Comment

Inovasi Permainan Kasino Satuslots: Apa yang Akan Datang di Masa Depan?

  Industri perjudian kasino   satuslots   terus bergerak maju dengan cepat, didorong oleh perkembangan teknologi dan permintaan konsumen   s...