Miyamoto Musashi, the sword saint, 1584-1645.
Lukisan ini menggambarkan Musashi dalam duel paling ikoniknya, tapi pertama-tama, mari kita selidiki kehidupannya yang epik.
Masa-masa awal kehidupan Musashi begitu keras, ibunya wafat terlalu cepat dan ayahnya yang dikenal sebagai salah satu ahli pedang terbaik di Jepang terobsesi menjalankan Dojo kecil miliknya. Pada akhirnya, ketika Musashi masih kecil, ayahnya entah mati atau berantem sama anaknya sendiri, yang mengakibatkan Musashi dibesarkan secara terisolasi oleh pamannya sejak usia tujuh tahun.
Tanpa diragukan lagi bahwa dalam masa-masa awal hidupnya, Musashi berlatih bela diri Kendo (berantem pake pedang bambu), karena cukup sebentar saja, dia bisa menunjukkan kemampuannya yang gokil, dan hidupnya tetiba mendapat setrum kekerenan. Seorang legenda pun terlahirkan.
Ketika Musashi masih cuma 13 tahun, seorang pejuang yang kelewat pede datang ke daerahnya, menebas-nebas tanaman dan menantang siapa saja yang berani sama dia untuk duel. Musashi muda pun ngambil kesempatan itu dan menerima tantangannya. Bocah itu cuma bermodalkan tongkat kayu, melawan seorang samurai bernama Kihei, yang menggunakan katana. Musashi dengan mudah mengalahkan si Kihei sampe mati hanya pake tongkat, BOCAH yang cuma pake tongkat doang.
Selama beberapa tahun setelahnya, Musashi muda bepergian di Jepang, bertarung duel dan mempertajam skill pedangnya, mengalahkan pejuang-pejuang ternama dan Samurai. Musashi bertarung sebagai prajurit bayaran untuk berbagai perang antar klan dan pada akhirnya dapat merasakan pertempuran besar.
Pertempuran Sekigahara, 1600, pertempuran terbesar dalam sejarah feodal Jepang.
Pada umur hanya 16 tahun, Musashi bertempur selama masa-masa perang yang kacau, yang melibatkan 160.000 petarung. Tentu saja, pemuda Musashi bertarung dengan baik, walaupun pihaknya masih kalah, dengan parah.
Musashi bertahan hidup, lolos dari perang semantara para petarung lain gugur. Selama pelarian, dia berkelana mengarungi hutan-hutan dan gunung, berlatih dengan keras selama 4 tahun, menyempurnakan jurus pedang kombat uniknya yang menggandalkan dua pedang, gak cuman pake satu katana aja.
Muncul kembali dari masa pelatihan pribadinya pada usia 21, sang Ronin terasing ini lalu menjalankan sebuah misi, dia kembali menjadi perhatian di kota Kyoto tahun 1604, lokasi dari sapah satu sekolah bela diri terhebat di Jepang, yang diasuh oleh klan Yoshioka.
Pemuda yang tampak acak-acakan ini sekonyong-konyong menantang pimpinan klan Yoshioka untuk berduel, ngatain dia kurang jantan lah, atau semacam itu, intinya apapun yang dia katakan selama penantangan itu menjadi awal dari perseteruan singkat berdarah antara Musashi muda dan klan bela diri terkenal tersebut.
Pertama, Musahi bertarung melawan kakak tertua, kepala keluarga Yoshioka, menghajarnya dengan pedang kayu begitu parah sampai-sampai si pimpinan klan tersebut menggunduli kepalanya dan menghabiskan sisa hidupnya sebagai biksu cinta damai.
Hanya untuk membuat jengkel klan Yoshioka, Musashi memilih tinggal di kota tersebut, yang tentu saja membuat si kakak tertua kedua, yang sekarang jadi kepala klan, menantang si ahli pedang jago mandraguna untuk duel.
Hasilnya sudah bisa ditebak, si jago pedang kita ini jelas sungguh spesial, dia mengalahkan kakak tertua kedua dengan sekali tebasan ke kepala pake pedang bambu, membunuhnya seketika dan memancing kemarahan klan tersebut, lebih parah lagi, dia mengolok-olok sekolah bela diri Yoshioka.
Klan Yoshioka memberikan tantangan terakhir, tapi kali ini mereka berupaya membunuh Musashi secara curang. Tapi, Musashi, bujang hideng, menyadari rencana mereka lalu bersembunyi di rerumputan di lokasi duel terakhir yang telah disetujui.
Ketika klan tiba, bersama komplotan samurai berarmor untuk menghabisi Musashi, mereka mendapati lokasinya kosong dan di bawah sinar rembulan, targetnya gak ketemu di mana-mana.
Musashi loncat dari balik penyamaran, mengayunkan dua pedang tajamnya, menghajar para mantan calon pembunuhnya tiba-tiba dan lalu bertarung melawan semuanya, menggunakan teknik pedang uniknya yang ampuh meladeni banyak musuh sekaligus. Musashi menghabisi ketua klan terakhir dan juga para prajurit dadakannya itu, sebelum akhirnya bebas dan kabur menuju gelapnya malam.
Musashi, setelah seorang diri meruntuhkan salah satu klan terkuat dan paling terkenal di Jepang, juga mempermalukan Dojo dan teknik bertarung mereka, lalu pergi mencari musuh yang lebih layak untuknya.
Dia lalu bertarung dalam banyak duel pada tahun-tahun setelahnya, tapi karena ia adalah ronin tanpa tuan, Musashi pun diremehkan sebagai ahli pedang dengan hampir tanpa garis keturunan atau silsilah, namun, ia tetap menghajar siapapun yang berani menghadapinya, seringkali mempermalukan mereka dengan hanya melawan menggunakan pedang kayu saat berduel.
Pada akhirnya, prajurit tak dikenal yang muncul dari hutan dan dengan mudahnya mengalahkan siapapun yang berduel dengannya ini, mulai mengguncang masyarakat Jepang. Ketika berbagai detail rinci atas duel-duelnya hilang ditelan waktu, satu hal pasti yang diingat adalah dia selalu menang dan makin jago saja.
Akhirnya, Musashi menemukan lawan yang layak, seorang Samurau terkenal yang menguasai teknik sulit dan punya reputasi "tak terkalahkan".
Namanya Sasaki Kojiro, mengalahkan jawara sepertinya akan membuat Musashi menjadi ahli pedang terhebat di seluruh Jepang, tanpa buang waktu ia pun mengunjungi tuannya Kojiro dan mengajukan duel untuk menentukan teknik siapakah yang terhebat, dengan kata lain, titel "yang terhebat di Jepang" pum dipertaruhkan.
Musashi Vs Kojiro, 1612.
Kojiro dikenal menggunakan pedang yang sangat panjang yang disebut Nodachi, versi Katana yang suangat panjang. Kemampuannya begitu fenomenal dan tekniknya dalam hal jangkauan dan perlawanan sungguh mematikan. Meski begitu, Musashi tetap saja tak bergeming. Dia menantang Kojiro berduel, keduanya pun sepakat untuk bertarung pada saat matahari terbit di sebuah pulau kecil terdekat.
Di sinilah Musashi memainkan psikologi musuhnya, ia sengaja tidur larut semalam sebelum duel, lalu dengan santainya sarapan dulu dan baru menyewa perahu ke pulau, sementara si Kojiro menunggu, sangat jengkel dibuatnya.
Ketika masih di perahu ke pulau kecil, muncul ide di kepala Musashi, ia pun meraut salah satu dayung perahu, mengasahnya menjadi pedang kayu yang sangat panjang. Ketika dia sampai di pulau, Kojiro yang udah kelewat murka karena dibuat nunggu kayak orang bego, langsung melesat ke pantai dan mencaci maki Musashi.
Kojiro berdiri di garis pantai dan menghunus pedang panjangnya, dengan sembrono melempar sarung pedangnya ke samping dan mencerca Musashi karena datang terlambat.
Dengan santuy, Musashi menjawab ketus — 'Kalo lu gak butuh sarung pedangmu lagi, berarti lu udah mati.'
Si konyol brutal ini, ditambah dia gak megang pedang sama sekali, malah cuman bawa dayung kayu lancip, membuat sang jawara Samurai murka cetar membahana.
Musashi tidak perlu memancing lawannya untuk menyerang lagi, sang lawan udah nyerang sendiri. Samurai sang jago pedang panjang pun tak buang waktu menyerang dan jatuh dalam perangkap Musashi.
Musashi telah memahat dayungnya menjadi pedang yang bahkan lebih panjang dari pedang panjang musuhnya, memanfaatkan tenaga musuhnya dan mengakalinya untuk menyerang duluan. Musashi melawan serangan pertama musuhnya dan mendaratkan hantaman yang mengejutkan si jawara Samurai. Musashi lalu menghindari tebasan kucrut si Samurai dan berhasil menusuk dada sang jawara dengan dayung lancipnya, meremukkan tulang rusuk menembus paru-parunya, membunuh sang jago pedang itu.
Musashi lalu menunjukkan rasa hormatnya pada sang jawara yang telah tumbang, ia menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan duka cita yang nyata, karena Musashi melihat dirinya sendiri dalam sang jawara tersebut, dan duel ini akan menjadi penentu, ia adalah orang yang benar-benar berbeda setelah berhasil menjatuhkan Kojiro yang hebat.
'Kamu tidak perlu punya ketertarikan khusus pada satu senjata, atau apapun, untuk jadi senjata. Terlalu banyak adalah sama saja dengan tudak cukup. Tanpa meniru siapapun, sudah banyak senjata yang akan cocok denganmu.' — Miyamoto Musashi, the book of five rings.
Musashi pergi dan menulis dua buku, membuat lukisan berkualitas tinggi dan bahkan mengadopsi empat bocah laki-laki, yang ia latih dan rawat dengan sangat baik.
Sementara dia sudah tak lagi aktif mencari duel, dan telah belajar banyak dari aspek hidupnya itu, masih ada orang-orang yang datang untuk menguji nyali mereka menghadapi ahli pedang terhebat yang pernah hidup.
Musashi pun tak mengecewakan para penantangnya, bahkan, dia pernah bertarung melawan empat Samurai dalam satu tahun, dalam kondisi udah tua bangka dan ya betul boi Musashi menang dengan gampangnya.
Musashi memenangkan lebih dari 60 duel sepanjang hidupnya, gak pernah kalah dan rekornya tak pernah lagi terpecahkan. Dia membunuh ratusan prajurit dalam pertempuran, bertarung dalam 6 perang, dan kemungkinan besar ahli pedang terhebat yang pernah ada. Meski begitu, prajurit terhebat Jepang bukanlah seorang Samurai, karena ia tak pernah punya tuan.
Ada patung indah Musashi dan Kojiro berdiri di pulau kecil di mana duel legendaris mereka terjadi, empat ratus tahun lalu.
Saya hampir kaga ngepost artikel ini, setelah ngabisin bertahun-tahun riset dan membaca tentang kehidupan epiknya, saya berniat nambahin rincian lagi dan menyimpannya untuk buku saya, tapi bodo amatlah, banyak orang harus tau kehidupan Musashi.
No comments:
Post a Comment