Bangsa romawi membuat bangunan dan jembatan dari bahan batu. Karena batu itu berat, sulit untuk membuat bentangan yg lebar. Solusinya adalah dengan sistem busur/arch yaitu lengkungan yg disusun dari batu-batu yg bentuknya tidak sejajar sisi-sisinya namun miring sehingga posisinya rapat satu sama lain. Ini membuat beban dari atas akan disalurkan ke batu-batu di sampingnya, berlanjut ke tiang-tiang bangunan/jembatan hingga ke pondasi.
Lantas bagaimana batu-batu itu bisa menyatu? Padahal belum ada pabrik semen waktu itu? Ternyata waktu itu orang romawi sudah menggunakan adonan seperti semen untuk merekatkan batu-batu tersebut, bahkan juga membuat "beton" saat ditambahkan potongan-potongan batu. Beton romawi ini disebut "opus caementicium", mempunyai sifat serupa semen masakini, yaitu saat dicampur air dia akan mengeras. Lah, pakai bahan apaan tuh? Rahasianya adalah abu vulkanik yg disebut pozzolan, yg didapatkan dari sedimentasi lava gunung berapi. Abu ini banyak mengandung silikat, jika dicampur batu kapur, pasir dan air akan menjadi pasta seperti adonan plesteran dan mengeras beberapa lama kemudian. Agregat pada beton romawi berupa batu, ubin keramik bahkan puing bangunan lama. Untuk membuat dinding, batu-batu tsb disusun dibagian luar sedangkan bagian dalamnya diisi dgn adonan "beton" tadi.
Ada hal yg menarik dan menjadi pertanyaan selama ratusan tahun yaitu mengenai ketahanan dari pelabuhan buatan romawi yg tetap kokoh bertahan selama 2000 tahun walau selalu diterpa air laut yg asin. Beton modern, akan mengalami degradasi kekuatan bahkan dalam hitungan dasawarsa jika terus-menerus terpapar air asin. Penelitian para ahli menunjukkan bahwa jika beton modern menurun kekuatannya seiring waktu terkena ombak laut, beton romawi justru akan semakin kuat. Lho, cem mana bisa gitu? Jawabannya diberikan oleh tim peneliti dari University of Utah yg dipimpin Marie Jackson. Setelah mengebor beton di pelabuhan yg dibuat romawi & menganalisis struktur kimianya, mereka menemukan tubermorit alumina, sebuah mineral berbasis silika yg sangat keras dan langka. Material ini sulit dibuat di laboratorium, tetapi melimpah di beton bikinan romawi. Ternyata, tubermorit alumina & mineral terkait yg disebut phillipsite itu tumbuh dalam beton karena terkena air laut. Proses ini berkebalikan dgn beton modern yg lama kelamaan terkikis oleh air laut. Hal ini menjadi angin segar untuk penelitian lebih lanjut dalam pembuatan beton di pelabuhan & dermaga.
No comments:
Post a Comment