Apa fakta yang paling mengganggu tentang Sparta Kuno yang kebanyakan orang tidak tahu?
i. Orang Sparta bukanlah penduduk asli Peloponesia Penduduk Sparta adalah keturunan etnis Dorian, yang bukan penghuni asli Peloponesia (semenanjung di selatan Yunani), untuk asalnya sendiri masih menjadi perdebatan, sebagian menyebut dari Anatolia (Turki), yang paling populer menyebut dari daerah di utara sekitar Epirus-Makedonia. Dorian bisa dibedakan dari etnis Yunani lainnya pada masa itu dari dialek, tradisi dan karakter sosialnya. persebaran dialek Dorian, Ionian, Aeolian dan Aetolian pada masa Yunani klasik (500SM -323SM) Selain Dorian, etnis Yunani pada masa itu ada Aeolian, Achaean dan Ionian. Dorian tidak segan berperang dengan sesamanya, bahkan banyak sejarawan percaya bahwa Dorian lah yang menjadi penyebab keruntuhan peradaban Mycenaean (migrasi etnis Dorian ini diperkirakan terjadi sekitar tahun 1200 SM, periode waktu yang bersamaan dengan keruntuhan Mycenaean). Dorian dan Ionian merupakan dua etnis yang paling menonjol dalam kehidupan politik masyarakat polis Yunani, pada puncaknya Perang Peloponesia antara Sparta dan Athena adalah perwujudan perseteruan antara etnis Dorian (Sparta) dan Ionian (Athena). ii. Sparta bukan merupakan sebuah kota tunggal. Secara tradisi wilayah utama Sparta merupakan wilayah yang dikenal sebagai Lakonia (Laconia atau Lacedaemon), pada masa kuno orang-orang Sparta lebih sering disebut sebagai orang-orang Lakonia daripada Sparta. Ibaratkan saja Lakonia adalah pulau Madura, ada 4 kabupaten di pulau Madura, Sparta adalah satu dari 4 kabupaten tersebut. Dari kabupaten manapun seorang Madura berasal, kita hanya akan menyebutnya sebagai orang Madura. Dari semenjak kekuasaan raja Agis I pada abad ke11 Sebelum Masehi, Sparta sudah melakukan pendudukan terhadap wilayah di sekitarnya, kota pelabuhan Helos dan Patrai adalah yang pertama tercatat. Karena perlawanan sengit warga kota Helos, penduduknya kemudian dijadikan budak oleh orang-orang Sparta, dari nama kota ini penyebutan nama helots bermula. Semenjak reformasi yang dilakukan Lycurgus yang mewajibkan seluruh laki-laki Sparta menjalani kehidupan militer, Sparta sangat bergantung kepada kota dan wilayah lainnya untuk kegiatan perdagangan dan pertanian. Pada masa jayanya sekitar tahun 500 SM, dibawah kepemimpinan raja Anaxandridas II, Sparta menguasai wilayah yang disebut sebagai Peloponesia, baik melalui penjajahan maupun aliansi. Dominasi atas Peloponesia ini yang membuat Sparta sebagai kekuatan utama daratan Yunani saat itu. wilayah Sparta pada tahun 500 SM, Lakonia merupakan wilayah tradisional Sparta, Messenia merupakan wilayah jajahan Sparta semenjak tahun 735 SM -715 SM, dan Arkadia merupakan sekutu Sparta dimana Tegea merupakan rival lama Sparta yang berhasil ditaklukan raja Anaxandridas II sekitar 550 SM. Hingga akhirnya Romawi melakukan invasi dan menguasai daratan utama Yunani, Sparta masih menjadi kota yang memiliki otonominya sendiri, memiliki kebebasan untuk mengatur kotanya mengikuti tradisi seperti sebelumnya. iii. Tidak semua yang tinggal di wilayah Sparta adalah warga negara Sparta Sistem pemberian status warga negaranya sangat eksklusif, hanya penduduk etnis Dorian dan keturunannya yang berhak menjadi calon warga negara Sparta. Bahkan mereka yang tengah menempuh pendidikan agoge Sparta namun tidak bisa menyelesaikannya (karena faktor ekonomi ataupun fisik) masih bisa kehilangan status kewarganegaraannya. Jadi untuk mendapatkan status warga negara Sparta sangat tidak mudah, mereka yang terlahir dari warga negara Sparta hanya merupakan calon warga negara, tidak instan menjadi warga negara. Penduduk lainnya yang tinggal di wilayah Lakonia adalah warga bebas (periokoi) dan budak (helots). Untuk pembagian kelas atau kasta dalam masyarakat Sparta ditentukan sebagai berikut : 1. Spartiate Merupakan warga negara Sparta seutuhnya, hanya mereka yang telah lulus menempuh pendidikan agoge yang berhak menyandang status ini, dan hanya keturunan Spartiate yang bisa mengikuti agoge. Umumnya mereka lulus pada usia 30 tahun. Pada usia 20 tahun mereka mengabdi menjadi tentara negara, ketika keadaan damai mereka berperan mengendalikan tingkat kepatuhan wilayah jajahan Sparta. 2. Periokoi (atau perioeci) Penduduk di wilayah Sparta, baik di Lakonia maupun di wilayah lain yang berada dalam kependudukan Sparta. Umumnya mereka merupakan penduduk kelas menengah baik sebelum pendudukan Sparta maupun sesudahnya, mereka masih berhak atas properti dan lahan yang mereka miliki dan masih bisa melakukan aktivitas ekonomi seperti saat sebelum pendudukan Sparta. Penduduk kelas periokoi harus tunduk terhadap aturan Sparta, dan jika ada aktivitas penduduk kelas periokoi yang dianggap mencurigakan, mereka bisa dieksekusi oleh Spartiate tanpa diberi kesempatan untuk pembelaan ataupun sidang. Periokoi dianggap penduduk kelas dua dalam negara Sparta, bukan merupakan warga negara Sparta sehingga tidak diwajibkan mengikuti tradisi agoge Sparta. Periokoi berkewajiban menyetor pajak kepada Sparta dan wajib menghimpun pasukan untuk mendukung pertempuran yang dilakukan Sparta. 3. Helots Helots merupakan kelas pekerja, bisa juga disebut budak yang dimiliki negara, namun mereka berhak atas kepemilikan properti selain lahan dan juga berhak menghimpun kekayaan mereka pribadi. Helots diharuskan menyetor kepada tuan tanah berupa hasil panen dan pajak, namun tuan tanah tidak berhak atas hidup helots, karena status helots adalah tunduk kepada negara (Sparta). Atas dasar aturan ini tuan tanah tidak berhak memperjual belikan helots, membunuh helots ataupun mengubah status helots. Dan sama seperti kelas periokoi, helots juga diwajibkan untuk menghimpun pasukan jika negara membutuhkan. Negara bisa memberikan penghargaan berupa kemerdekaan kepada individu-individu dari kelas helots jika mereka menunjukkan kemampuan dan prestasi selama di medan perang. Helots yang merdeka bisa memiliki status setara dengan periokoi, mereka memiliki status baru yang disebut Neodamodeis. 4. Mothakes Sebenarnya ini bukan kelas secara formal, hanya membedakan mereka yang benar-benar spartiate dan hasil perkawinan silang. Seorang keturunan kawin silang antara laki-laki spartiate dan perempuan helots, kelas mereka bisa berubah jika ayahnya yang menyandang status spartiate menghendaki untuk mensponsori putranya menempuh agoge. Warga negara Sparta, atau yang disebut spartiate adalah warga kelas satu atau warga negara seutuhnya, jika Sparta menaklukan sebuah wilayah, kelas warga yang wilayahnya ditaklukan akan turun dibawah kelas spartiate, tidak peduli jika warga tersebut sebelumnya menyandang kelas sosial atas sekalipun. Kelas penduduk di wilayah jajahan statusnya bisa berbeda-beda bergantung sejarah konfliknya dengan Sparta. Kelas spartiate umumnya tidak berkecimpung di aktivitas sipil seperti perdagangan ataupun pertanian. Untuk ekonomi umumnya dilakukan oleh masyarakat kelas periokoi, sedangkan untuk menyuplai makanan, pembuatan peralatan dan pekerjaan kasar lainnya dilakukan oleh masyarakat kelas helots. Pada wilayah yang menjadi subyek pendudukan Sparta ada semacam badan yang mengawasi dan mengontrol aktivitas periokoi dan helots, badan ini disebut Kryptea. Mereka bisa melalukan eksekusi terhadap individu dari kedua kelas jika dianggap melakukan aktivitas yang bisa mengancam status Sparta. Selain itu secara berkala mereka juga melakukan intimidasi terhadap penduduk kelas helots, seperti deklarasi perang yang mendadak dan membantai sejumlah warga kelas helots, semua aksi ini untuk mengontrol populasi helots agar tetap patuh kepada Sparta. iv. Populasi spartiate sedikit jika dibandingkan dengan wilayah yang harus dikontrol. Karena membatasi kewarganegaraan, warga negara Sparta (spartiate) jumlahnya hanya sedikit dan sangat tidak sebanding dengan wilayah yang menjadi subyek jajahannya. Saat kondisi perang, negara Sparta hanya mampu menghimpun sedikit pasukan dari kelas spartiate, untuk mengisi pos lainnya diisi oleh tentara dari aliansinya seperti skritai yang berasal dari masyarakat Arkadia, dan periokoi yang merupakan warga kota jajahan Sparta. Ketika keadaan damai, warga negara Sparta akan fokus mengontrol populasi kelas helots dan periokoi yang jumlahnya jauh lebih banyak dari warga Sparta. Menjaga kepatuhan wilayah jajahan melalui opresi, kelak cara ini akan memberi kesulitan tersendiri terhadap Sparta. Kekalahan Sparta oleh Thebes dalam Pertempuran Leuktra seolah mematahkan citra militer Sparta yang unggul, kekalahan itu menjadi inspirasi bagi wilayah jajahan Sparta untuk melakukan pemberontakan dan wilayah lain yang menjadi sekutu Sparta berpindah posisi mendukung Thebes. Perlahan Sparta mulai kehilangan pengaruhnya diantara polis-polis Yunani, peran yang segera diisi Thebes namun tidak lama kemudian digantikan Makedonia. Kembali lagi ibaratkan saja Sparta adalah sebuah kabupaten di pulau Madura. Orang-orang pulau Madura ini mampu menjadikan Jawa Timur yang lebih luas dan penduduknya lebih banyak sebagai wilayah jajahan. Surabaya adalah kota perdagangan yang penting bagi orang-orang Madura, Mojokerto adalah wilayah sumber pangan yang juga penting. Madura memiliki rival klasik kerajaan Jogjakarta (ibaratkan saja, ini hanya contoh tidak ada maksud lain). Perseteruan Madura dengan Jogja ini membuat wilayah perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah sebagai medan perang. Secara rutin Madura harus mengirim pasukan untuk menjaga Jawa Timur baik dari pemberontakan ataupun kampanye militer Jogjakarta. Karena tidak mungkin Madura mengirim seluruh spartiate-nya berperang, maka Madura menghimpun tentara tambahan dari wilayah-wilayah di Jawa Timur. Penutup Semua hal diatas tidak semuanya mengganggu, namun banyak yang orang yang tidak tahu kalau yang membentuk tentara Sparta tidak selalu warga negara Sparta, warga negara Sparta sangat sedikit dan terlalu berharga untuk dikirim ke medan pertempuran dalam satu waktu sekaligus. Terima kasih sudah membaca. Seomga hari anda penuh berkah.
No comments:
Post a Comment