Tuesday, February 28, 2023

Romeo & Sella (3)



"Ahh kenyang!" Sella mengusap perutnya yang rata dengan mendesah polos. Sarapan yang telah dipesan khusus untuknya terasa sangat nikmat di lidah.

Sella kemudian kembali berbaring ke atas sofa. Berawal karena rasa bosan berubah menjadi rasa kantuk berat.

Tanpa sadar Sella pun jatuh tertidur. Sella tidur bagaikan putri tidur yang terlelap nyaman di sofa empuk. Begitu cantik tanpa tekanan yang selama ini menyelimuti fisik dan hatinya. Dan semua tekanan itu berasal dari kakaknya.

Romeo...

Sella tidur lelap dengan posisi meringkuk. Layaknya anak kecil yang merindukan pelukan dan kasih sayang orang tuanya.

"Mama.." Sella terus bergumam mengucapkan satu kata itu.

Bagi Sella... Ana adalah ibu kandungnya yang selama ini selalu menyayanginya. Memberinya usapan lembut di puncak kepalanya dan mencium pipinya.

Satu jam berlalu begitu cepat...

Sella tidur begitu pulas hingga sentuhan di pahanya berhasil membangunkannya kembali.

"Ngghh.. kak Romeo..?" Sella mengusap kedua matanya sambil menggumamkan nama kakaknya.

Sella berusaha mengatur cahaya pada retina matanya. Keningnya terlipat berusaha melihat sosok di hadapannya yang dengan berani mengusap pahanya.

Sella sontak terkejut saat pria asing yang kini duduk di pinggiran sofa bukanlah Romeo, melainkan seorang pria paruh baya dengan setelan jas mewah warna hitam. Sella memperkirakan usia pria itu hampir di angka lima puluhan. Sangat tua di matanya.

"Ba-bapak siapa?" Sella segera bangun dan duduk menjauhinya seraya merapikan roknya yang entah sejak kapan terangkat ke atas.

Sella melihat ke sekeliling mencari Romeo.

"Jangan takut, manis." Pria berkeriput itu tersenyum dengan kilatan aneh di matanya.

Tawa pria tua itu kemudian menyusul melihat kecemasan di wajah Sella, "Di luar dugaan, Romeo ternyata senang bermain dengan anak remaja sepertimu."

"Nggak..." Sella menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Udah, nggak usah malu sama bapak. Anak SMA memang masih hijau dan jauh lebih nikmat. Mereka itu nurut kalau dikasih uang." Ucapan sadis dan vulgar pria itu membuat hati Sella down.

Sella bukan seperti itu!

Sella buru-buru bangkit dan berdiri. Namun, ketika Sella berniat untuk melangkahkan kakinya tiba-tiba pria bertubuh tambun itu menarik lengannya, dan berhasil membuat Sella jatuh ke pangkuannya.

"Ah!! Jangan..!" Sella merasa jijik ketika tubuhnya dipeluk dari belakang. Aroma parfum pria tua itu begitu menusuk indera penciumannya.

Sella merasa ingin muntah kala bibir berwarna gelap itu mencoba menciumi lehernya yang jenjang.

"Jangan!" Sella menjerit dan terus meronta dengan membabi buta. Saat itulah ia melihat sebuah celah kosong di lengan yang penuh lemak itu. Tanpa pikir panjang, Sella menggigit lengannya dengan kencang.

"Slut!" Pria itu mengumpat karena rasa sakit di lengannya. Seketika itu pula, pelukannya terlepas.

Sella menggunakan kesempatan lengahnya pria itu dengan kabur.

Tanpa mengenakan alas kaki, Sella berjalan—nyaris berlari—menuju ke pintu keluar.

Baru setengah jalan tiba-tiba pintunya sudah terbuka untuknya.

 
Wajah pucat Sella perlahan mulai berubah ceria. Senyumnya mengembang semakin lebar manakala pria yang membuka pintu itu adalah Romeo.

"Kak Romeo!" Sella tidak pernah merasa sebahagia ini. Ia menghambur maju memeluk tubuh tegap Romeo.

Sella merasa aman dan nyaman hingga tidak ingin melepas pelukannya dari tubuh Romeo.

Tetapi... seperti biasa Romeo tidak membalas pelukan Sella.

Dengan sikapnya yang dingin, pria itu mendorong tubuh Sella agar menjauhinya, "Minggir."

"Kak Romeo..?" Sella merasa sedih mendapatkan perlakuan seperti itu.

Sella menautkan jari-jarinya melihat Romeo berjalan menuju ke arah pria paruh baya yang hampir saja akan memperkosanya.

Sella melihat Romeo menjabat tangan pria berwajah mengerikan itu sambil berkata sinis kepadanya, "Lama tidak berjumpa dengan anda, Pak Roni."

Pria bernama Roni memaksa dirinya untuk tertawa seraya melihat Sella yang masih berdiri diam di depan pintu, "Maaf Romeo, kalau aku lancang masuk ke ruanganmu."

Romeo duduk dengan auranya yang dominan, lalu diikuti oleh Roni yang ikut duduk berseberangan dengannya.

"Kita ternyata memiliki banyak persamaan, Romeo," Roni lagi-lagi terkekeh sambil melihat ke arah Sella, "Kita sama-sama menyukai daun muda. Bahkan ayahmu dulu juga menikahi ibumu yang usianya terpaut belasan tahun lebih muda darinya."

Mendengar hal itu membuat tangan Sella gemetar. Kakinya tertarik mundur berniat angkat kaki dan pulang ke rumah. Namun langkahnya terhenti setelah Romeo mengeluarkan suaranya yang menyerupai perintah.

"Duduk di sampingku, Sella." Romeo menepuk sofa di samping kanan tempat ia duduk saat ini

Sella sempat tertegun.

Sella ingin menolaknya, namun ia tidak memiliki keberanian itu. Lalu dengan kepatuhan yang dilatih oleh Romeo sejak kecil kepadanya akhirnya Sella mengambil duduk di sampingnya.

Sella duduk sambil terus merapatkan kedua kakinya. Jemari tangannya gemetar dan saling terpaut gelisah. Sesekali Sella mencuri pandang kepada Romeo, tapi mata lelaki hanya menatap ke depan. Tidak ada emosi di wajahnya yang terpahat begitu tampan.

"Sella adalah adik-ku." Romeo akhirnya angkat bicara setelah keterdiamannya yang begitu lama.

Roni yang selama belasan tahun tinggal di Singapura terkejut mendengarnya. Pria itu mengira bahwa putra kandung Raka dan Ana hanya Romeo, mengingat bahwa rahim pada tubuh Ana memang sangat lemah.

"Wow," Roni tertawa tidak percaya. Dilihatnya kembali wajah dan penampilan Sella dengan lekat.

Roni tidak melihat kemiripan antara Sella dengan Romeo ataupun dengan Raka-Ana. Sella memiliki warna mata hitam paling pekat yang pernah dilihat olehnya. Hidungnya yang mancung kecil tampak sempurna dengan wajahnya yang oval. Bulu matanya begitu lentik ketika menatap. Rambutnya panjang dan sedikit bergelombang indah sampai ke punggungnya. Belum lagi dengan payudara yang besar dan ranum terlihat dari balik seragam sekolahnya. Sempurna untuk menjadi karakter seorang putri yang mampu menggugah birahi raja.

"Kalau begitu aku minta maaf. Aku kira dia adalah..." Roni tersenyum miring tanpa mengalihkan pandangannya dari Sella, "Yah..., aku tidak perlu menjelaskannya kepadamu-kan?"

Sella memeluk tubuhnya sendiri. Sella mulai tidak nyaman. Ia merasa menjadi objek bahasan keduanya, seolah dirinya adalah gadis murahan.menatap Romeo, dan lagi-lagi kakaknya tidak sedikitpun bereaksi apalagi menunjukkan ekspresi di wajahnya. 

No comments:

Post a Comment

Inovasi Permainan Kasino Satuslots: Apa yang Akan Datang di Masa Depan?

  Industri perjudian kasino   satuslots   terus bergerak maju dengan cepat, didorong oleh perkembangan teknologi dan permintaan konsumen   s...