Wednesday, November 16, 2022

APAKAH SERDADU JEPANG ADA YANG KANIBAL SAAT PERANG DUNIA KE II

 Kanibalisme menjadi hal yang tidak asing dalam kondisi perang berkepanjangan. Tidak hanya tentara Jepang di Front Pasifik, tentara dan warga Uni Soviet pun juga sempat melakukan hal serupa. Salah satunya ketika Pengepungan Leningrad yang berlangsung selama 872 hari non stop. Namun tentu kisah horor perihal Kanibalisme di Front Timur tidak mampu mengalahkan kebrutalan pasukan Jepang. Bahkan beberapa catatan menyatakan jika pasukan Jepang dengan sengaja memburu warga setempat hingga pasukan sekutu untuk disantap. Hal ini tidak lepas dari kondisi menyedihkan yang dialami pasukan Jepang di Front Pasifik.

Salah satu kejadian yang mungkin paling dikenal adala Chichijima Incident. Kala itu Jepang menangkap sembilan pilot dan kru pesawat bomber B-29 yang jatuh di Pulau Chicijima pasca mengebom Tokyo di penghujung 1944. Tidak ada satu orang pun dari sembilan kru pesawat yang keluar hidup-hidup. Investigasi dilakukan tahun 1946 hingga 1947 terhadap Letnan Jenderal Yosio Tachibana dan 11 anak buahnya. Konklusi yang didapatkan adalah ke-9 kru tersebut disiksa, dipenggal, dan kemudian dimakan organnya oleh pasukan Jepang yang berada di pulau tersebut.

Pasukan Jepang membantai tawanan perang asal India.

Kejadian tersebut bukanlah sebuah insiden terisolasi. Aksi kanibalisme pasukan Jepang menjadi mimpi buruk tersendiri bagi pasukan sekutu di Front Pasifik. Aksi serupa kabarnya juga terjadi di beberapa pulau lain. Hal ini didorong oleh kelaparan akibat taktik yang diterapkan sekutu. Seperti diketahui, Angkatan Laut Amerika Serikat menerapkan taktik Leap Frogging di Pasifik dengan merebut pulau-pulau utama dna meninggalkan pasukan Jepang di pulau-pulau lainnya tanpa perbekalan. Dengan penguasaan atas laut dan udara, pasukan Jepang di sejumlah pulau pun tidak memiliki suplai makanan untuk waktu lama. Di Papua Nugini, tercatat jika sejumlah pasukan Jepang memutuskan untuk memburu warga setempat untuk dimakan. Bahkan mereka cukup nekat merangsek ke kamp pasukan Australia untuk menangkap tawanan dengan tujuan disantap.

Sebuah catatan dari Kenzo Okuzaki makin mempertegas kelamnya situasi pasukan Jepang kala itu. Okuzaki adalah salah satu anggota dari 36th Independent Engineering Regiment yang ditempatkan di Papua Nugini bersama 1200 orang rekannya pada 1943. Namun tekanan oleh sekutu membuat resimen tersebut harus mundur ke hutan belantara untuk bertempur secara gerilya. Okuzaki sendiri tertangkap tahun 1944 bersama lima rekannya, mereka menjadi enam orang yang selamat dari keseluruhan resimen.

Pasukan Australia dalam Pertempuran Papua Nugini.

Okuzaki sendiri menuangkan kisahnya dalam film dokumenter berjudul The Emperor’s Naked Army Marches On yang dirilis tahun 1987. Di sana dia menceritakan bagaimana dirinya dan rekan-rekannya berupaya bertahan hidup di belantara Papua Nugini yang kejam. Kanibalisme terhadap tawanan perang menjadi marak seiring dengan minimnya suplai yang mereka miliki. Bahkan Okuzaki mengakui jika pasukan Jepang melakukan aksi kanibalisme terhadap rekan mereka sendiri. Biasanya mereka yang terluka dan tidak bisa bertempur lagi menjadi target utama. Bahkan di beberapa kejadian, Okazaki menuturkan jika pasukan Jepang membuang undi terhadap siapa yang akan disantap berikutnya.

Kejadian-kejadian lain semacam ini yang tidak tercatat tentunya masih banyak. Namun sulit untuk mengungkapkannya. Satu yang pasti, kekejaman perang membuat segala hal mungkin untuk terjadi. Apalagi ketika ditempatkan dalam situasi hidup mati.

No comments:

Post a Comment

Inovasi Permainan Kasino Satuslots: Apa yang Akan Datang di Masa Depan?

  Industri perjudian kasino   satuslots   terus bergerak maju dengan cepat, didorong oleh perkembangan teknologi dan permintaan konsumen   s...