Monday, November 28, 2022

ISRAEL PADA PERADABAN KUNO

 Dulunya bagian dari wilayah yang dikenal sebagai Levant yang menjadi asal orang-orang Phoenicia (Fenisia / Punic). Mereka adalah bangsa yang pandai dalam pelayaran dan pembuatan kapal.

Bersama dengan orang-orang dari suku bangsa Yunani, mereka berdagang dan menguasai jalur pelayaran di laut Mediterania. Jika orang Yunani cenderung menyisir sisi utara laut Mediterania, orang Fenisia cenderung menyusuri sisi selatan. Koloni terbesarnya ada di utara Afrika, sebuah kota bernama Kartago. Ketika akhirnya wilayah leluhurnya di Asia diserap oleh kekuatan-kekuatan besar di Asia, Kartago semakin berkembang dan menjadi negara yang lebih besar daripada wilayah leluhurnya.

atas : rute pelayaran dan wilayah kolonisasi orang-orang Yunani dan Fenisia sekitar 800 SM.

Phoenicia.
Merupakan suku bangsa berbahasa semit yang sudah mendiami Levant sejak tahun 3000 SM, nama Phoenicia adalah penyebutan dari orang-orang Yunani. Penyebutan ini dikenal mulai sekitar tahun 1100 SM, kata "phoines" bermakna ungu yang merupakan warna yang terkenal yang dihasilkan oleh orang-orang Fenisia. Pewarna ungu sangat sulit diproduksi pada masa itu, sehingga warna ungu identik dengan orang-orang kaya, statusnya sama dengan makna yang melekat dengan emas.

Sistem pemerintahan kota-kota yang ditinggali orang Fenisia juga sama seperti polis di Yunani, dimana setiap kota merupakan negara berdaulat. Beberapa kota yang populer seperti Tyre, Sidon dan Byblos, dan sama seperti orang-orang Yunani, setiap warga negara di Levant juga tidak merasa sebagai satu entitas Fenicia. Kota lainnya seperti Arvad, Tarsus, Ugarir dan Katna, sama seperti Tyre, Sidon dan Bylos saling bersaing antara satu dengan lainnya.

Perkembangan Phoenicia.
Karena persaingan antar sesama kota, mereka sangat mudah jatuh kedalam penguasaan kerajaan lain yang lebih besar di Asia. Pada akhir 2000 SM sebagian besar dari mereka berada dalam pengaruh Amorite, lalu pada 1800 SM mereka berada dibawah pengaruh Hyksos. Meskipun mereka sempat merdeka dari pengaruh Hyksos sekitar tahun 1600 SM hingga 1500 SM, kerajaan kuno Mesir yang tengah agresif mengembangkan wilayah akhirnya menguasai kota-kota di Levant sekitar 1450 SM. Meskipun berkali kali berada dalam pengaruh kerajaan dan kebudayaan lainnya, tidak mempengaruhi kemampuan berdagang dan berlayar orang-orang Fenisia.

Teknologi pelayaran dan navigasi.
Tidak hanya mampu menghasilkan material dari sumber daya alamnya, keberhasilan orang-orang Fenisia dari sisi komersial juga ditunjang kemampuan mereka dalam pelayaran. Awalnya mereka mengembangkan kapal yang disebut Gauloi. Kapal ini kecil, memiliki lambung yang pendek dan ditenagai hanya oleh satu baris pendayung, tidak ada kemudi sehingga hanya mengandalkan pendayung dan layar untuk mengarahkan jalur kapal. Barang-barang dagangan diletakkan diatas dek dan dalam lambung sedangkan angkutan kayunya ditarik dibelakang.

Sekitar tahun 1000 SM mereka kemudian mengembangkan kapal lain yang sudah dilengkapi dengan kemudi yang meningkatkan manuver kapal sementara penambahan rangka memberikan tambahan stabilitas. Selain teknologi perkapalan mereka juga mengembangkan kemampuan navigasi, pada zaman kuno berdagang melalui pelayaran seperti berjudi. Untung yang tinggi diiringi resiko yang tinggi pula, kehilangan kapal dagang di laut karena karam berarti kehilangan seluruh modal dan investasi. Mereka mulai mengembangkan teknik yang menggunakan bintang-bintang sebagai petunjuk arah. Kemampuan ini mengarahkan mereka berlayar hingga ke ujung barat dari laut Mediterania di selat Gibraltar hingga sejauh Cromwell di pulau Britania, memberikan status legendaris pada pelaut-pelaut Fenisia.

Kemunduran.
Pada 868 SM komunitas orang-orang Fenisia di Levant membayar upeti kepada raja Assyria, Ashurbanipal II untuk mempertahankan kedaulatan negaranya, meskipun pada akhirnya raja Ashurbanipal menundukkan mereka. Keruntuhan kerajaan Assyria akibat kebangkitan Babylonia membuat kekuasaan atas wilayah-wilayah Fenisia di Levant berpindah pada 685 SM hingga 636 SM melalui serangkaian pertempuran dan konflik.

Hingga akhirnya pada 574 SM mereka sepenuhnya menyerah pada raja Nebuchadnezzar II setelah berperang selama 13 tahun. Kemudian pada akhir abad ke-6 Sebelum Masehi, kerajaan Persia semakin berkembang dan akhirnya Babylonia menjadi bagian dari kekaisaran Persia dibawah dinasti Achaemenid.

Kota-kota di Levant yang menjadi bagian dari kekaisaran Persia ini juga terlibat dalam invasi ke Yunani dalam Pertempuran Salamis pada 480 SM. Peristiwa yang menandai kemunduran kebudayaan Fenisia dimulai ketika kota Tyre dihancurkan oleh Alexander III dari Makedonia, lalu kebudayaan Yunani mulai menyebar di wilayah Asia dan Levant. Kebangkitan Romawi semakin memperburuk eksistensi kebudayaan Fenisia, baik di barat maupun tanah asalnya di Levant.

Terima kasih telah membaca.
Semoga hari anda penuh berkah.

No comments:

Post a Comment

Inovasi Permainan Kasino Satuslots: Apa yang Akan Datang di Masa Depan?

  Industri perjudian kasino   satuslots   terus bergerak maju dengan cepat, didorong oleh perkembangan teknologi dan permintaan konsumen   s...