St Bartholomew’s day massacre.
Un matin devant la porte du Louvre karya Edouard Debat-Ponsan yang menggambarkan ratu Catherine Medici sedang menyaksikan mayat-mayat kaum Protestan yang bergelimpangan di depan gerbang istana Louvre.
Peristiwa ini merupakan bagian dari tragedi dalam sejarah Eropa karena ribuan orang Prancis dibunuh karena perpecahan agama. Peristiwa tersebut adalah hasil dari krisis politik dan agama yang dihadapi kerajaan Prancis selama 10 tahun yang menghadapkan bangsawan beragama Katolik dan bangsawan Protestan. Berawal pada malam tanggal 24 Agustus 1572 di Paris, pembunuhan kaum Protestan berlangsung selama beberapa hari di kota besar Prancis, hingga berminggu-minggu di kota yang lebih kecil. Beberapa pihak menuduh langsung mereka yang bertahta saat itu, yaitu Catherine of Medici dan putranya Charles IX sebagai oknum yang memberikan perintah untuk membunuh. Menurut perkiraan antara 15.000 - 30.000 orang Protestan terbunuh di Prancis saat peristiwa itu.
Catherine Medici
Dasar konflik perang agama tersebut adalah keinginan pihak Katolik untuk melarang perkembangan agama Protestan yang semakin berkembang di Prancis. Pemegang tahta yang beragama Katolik khawatir para bangsawan yang beralih agama menjadi protestan semakin kuat pengaruh politiknya sehingga bisa melakukan kudeta. Dan pembunuhan bangsawan Protestan yang paling berpengaruh dan juga penasehat raja (Coligny) berikut beberapa bangsawan protestan menjadi awal dari perang agama ke-4 di Prancis.
Peristiwa ini dimulai dengan resepsi pernikahan adik raja yakni Marguerite de Valois (Katolik) dengan Henri IV (Protestan) yang di masa depan akan menjadi raja Prancis. Para bangsawan yang datang ke pesta pernikahan tersebut baik dari pihak Katolik dan Protestan merasa resah karena adanya berita bahwa Prancis mempunyai rencana menyerang Spanyol. Rencana ini merupakan gagasan dari Coligny. Sebenarnya baik pihak Charles IX maupun Catherine of Medici keduanya sama sekali tidak ingin berperang melawan Spanyol.
Charles IX
4 hari setelah pesta pernikahan berlangsung, Coligny dibunuh lalu diikuti oleh pembunuhan bangsawan Protestan berikut rakyat jelatanya. Mayat Coligny, setelah dibunuh dilemparkan lewat jendela lalu dipenggal, dikebiri dan ususnya terburai. Setelah itu anak-anak menyeret mayatnya untuk digantung dengan bagian kaki di atas.
Gaspard II de Coligny
Di Paris masyarakat membunuh antara 2000 - 4000 orang atas dasar fanatisme agama atau untuk membela raja. Meskipun beberapa saat setelah mengetahui kejadian ini Charles IX memerintahkan untuk menghentikan pembunuhan terhadap para Protestan, namun perintahnya tidak dituruti. Di Spanyol, raja Philipe II bersuka ria merayakan peristiwa ini karena rencana Coligny menyerang Spanyol batal. Bahkan Paus Gregory XIII di Vatikan mengadakan misa spesial untuk untuk menyatakan terimakasih pada Tuhan.
Massacre de Saint Barthélemy, karya François Dubois, pelukis protestan yang berhasil meloloskan diri dari peristiwa tragis tersebut. Dalam lukisan di atas kita bisa melihat betapa kejinya umat manusia yang mampu membunuh bayi, ibu hamil dan orang tua. Anak-anak belia juga terlibat dalam kekerasan yang sangat luar biasa. Dubois juga menggambarkan episode penjarahan di mana rakyat jelata yang umumnya beragama Katolik menyerbu kediaman kaum Protestan yang pada umumnya adalah orang-orang kaya yang memiliki tingkat sosial-budaya di atas rata-rata populasi. Mayat-mayat dilemparkan ke sungai Seine sementara sisanya dihancurkan di luar kota.
No comments:
Post a Comment