Ternyata Suka "Ngevape" Bisa Memperburuk Tekanan Darah
Rokok elektrik seperti vape dan pods seakan belum redup popularitasnya. Hingga saat ini, tidak hanya Generasi Z, generasi milenial pun turut menggandrungi rokok elektrik yang sering kali disebut sebagai alternatif dan dinilai lebih aman daripada rokok konvensional.
Namun, ternyata sebuah studi baru menyebutkan bahwa pengguna vape mengalami perubahan tekanan darah dan detak jantung yang sangat mengkhawatirkan.
Dilansir dari Sky News, Selasa (1/11/2022), para peneliti mengamati dampak penggunaan rokok elektrik pada penggunanya, orang yang merokok konvensional, dan orang yang tidak merokok sama sekali. Dalam penelitiannya, mereka melakukan pengukuran detak jantung dan tekanan darah pada 400 peserta. Setelah 15 menit melakukan pengukuran, para peserta penelitian diminta untuk melakukan vaping atau merokok.
Hasilnya, orang yang melakukan vaping atau merokok mengalami peningkatan yang lebih besar pada detak jantung dan tekanan darahnya, sedangkan mereka yang tidak merokok tidak mengalami perubahan apa-apa.
Selain itu, pengguna biasa nikotin juga mengalami ukuran variabilitas detak jantung yang lebih buruk dan arteri brakialis yang menyempit. Arteri brakialis adalah pembuluh darah utama yang memasok darah ke lengan dan tangan.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivasi sistem saraf simpatik tubuh akan jadi lebih aktif, detak jantung dan tekanan darah meningkat, serta kebutuhan jantung akan oksigen turut meningkat ketika seseorang sedang stres atau dalam kondisi berbahaya.
"Temuan ini menunjukkan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang lebih buruk setelah vaping atau merokok," ungkap salah satu penulis utama studi, Matthew C Tattersall.
Mereka yang merokok atau vaping menunjukkan hasil lebih buruk pada semua metrik, termasuk seberapa cepat detak jantung pulih setelah berolahraga dan seberapa keras jantung harus bekerja pada tingkat puncak. Hal ini pun ditemukan bahkan setelah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan etnis.
"Kinerja (jantung) mereka yang melakukan vaping tidak berbeda secara signifikan dengan orang-orang yang menggunakan rokok konvensional," papar penulis utama lainnya dalam studi itu, Christina M. Hughey.
Berkaitan dengan keamanan rokok elektrik, para peneliti menyebutkan mereka meragukan anggapan bahwa rokok elektrik secara signifikan jauh lebih aman daripada rokok konvensional. NHS mengatakan, rokok elektrik tetap memiliki risiko walaupun tidak menghasilkan tar atau karbon monoksida seperti rokok konvensional.
Selain itu, studi Cardiac and Lung E-cig Smoking Study (CLUES) menemukan bahwa rokok elektrik tetap meningkatkan risiko kardiovaskular atau gangguan jantung dan pembuluh darah.
"Kami tidak mempelajari efek jangka panjang dari vaping, terutama penggunaan vaping sebagai bantuan berhenti merokok atau efektivitas atau keamanan vaping. Namun, temuan ini mengkhawatirkan karena mereka menunjukkan vaping dapat meningkatkan risiko kardiovaskular," sebut peneliti utama CLUES, James H. Stein.
No comments:
Post a Comment