Suatu hari pada tahun 1814 Sir Thomas Stamford Raffles mendengar kabar bahwa di daerah Magelang terdapat sebuah candi, penduduk setempat menyebutnya Candi Borobudur. Dalam bukunya, Raffles mendeskripsikan Candi Borobudur.
In the district of Bóro, in the province of Kedú, and near to the confluence of the rivers Elo and Prága, crowning a small hill, stands the temple of Bóro Bódo, supposed by some to have been built in the sixth, and by others in the tenth century of the Javan era. (History of Java, vol.2)
Ia kemudian menugaskan seorang insinyur Belanda H. C. Cornellius untuk membersihkan Candi Borobudur yang saat itu tertutup semak belukar dan tanah. Dalam catatan F. C. Wilson, pekerjaan Cornellius kemudian dilanjutkan oleh Hartmann, Residen Kedu, yang selesai pada tahun 1853. Wilson sendiri ditugaskan untuk menggambar seluruh relief yang ada.
Komite Penyelamatan 1900
Pada tahun 1900 terbentuklah komite penyelamatan Candi Borobudur. Komite ini diduduki oleh tiga orang yaitu JLA Brandes, Theo Van Erp dan Van de Kamer.
Van de Kamer merupakan seorang pegawai Departemen Pekerjaan Umum. Ia mengusulkan untuk melindungi Borobudur dengan membuat semacam atap berbentuk piramid yang terbuat dari papan besi. Van Erp dan Brandes kurang setuju dengan ide tersebut.
Lantai candi yang masih tertutup tanah
Restorasi Pertama Tahap I (1907)
Restorasi pertama Candi Borobudur dilaksanakan pada tahun 1907. Van Erp mengambil alih karena J.L.A. Brandes meninggal tahun 1905. Pada restorasi pertama ini, Theo membersihkan tanah di sekitar Borobudur untuk menemukan bagian bagian candi dan arca yang hilang. Bagian yang hilang kemudian dikembalikan ketempat asalnya. Dari 432 relung, 151 relung berhasil dilengkapi dengan arca Buddha dan bingkainya.
Restorasi Pertama Tahap II (1910 - 1911)
Theo Van Erp menguskan untuk melakukan restorasi tambahan. Pada restorasi kedua ini ia berhasil memugar bagian teras melingkar dan stupa berlubang. Ia juga kembali memasang jaladwara pada tempat asalnya. (Jaladwara merupakan sistem drainase untuk mengeluarkan air keluar dari candi). Beberapa stupa dibiarkan terbuka untuk menunjukan keindahan arca Buddha itu sendiri. Dikarenakan keterbatasan dana dan teknologi saat itu. Theo van Erp tidak merestorasi candi secara keseluruhan.
Borobudur sebelum direstorasi
Pemugaran Kedua
Pada tahun 1960 keadaan Borobudur kembali mengkhawatirkan. Dengan meminta bantuan UNESCO, pemugaran Candi Borobudur mulai dilakukan. Serangkaian penelitian pra-pemugaran dilakukan oleh ahli dari berbagai institusi dalam dan luar negeri. Para ahli berpendapat bahwa air menjadi penyebab kerusakan. Air yang merembes ke dalam tanah membuat struktur tanah tidak kokoh. Para ahli Indonesia sudah memiliki rencana bahwa pemugaran dilakukan pembongkaran dan pemasangan batu-batu candi dengan diberi penguat beton terlebih dahulu.
Keadaan Borobudur yang mengkhawatirkan
Pemugaran dilakukan dengan tingkat kompleksitas tinggi. Batu-batu candi dibongkar kemudian diberi kode, lalu dikumpulkan di halaman candi untuk diregistrasi dan dikonservasi. Setelah dibongkar, dilakukan pemasangan pipa drainase dan penguatan dengan lapisan beton dan mortar. Setelah itu, batu-batu candi dipasang kembali sesuai kode yang sudah ditandai.
Pemasangan kembali batu candi di sisi utara dan selatan membutuhkan waktu 3 tahun dan 4 bulan, sedangkan di sisi barat dan timur membutuhkan waktu 3 tahun dan 1 bulan. Pada tanggal 23 Februari 1983 Candi Borobudur diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Soeharto.
Klasifikasi batu stupa
Contoh kode pada batu
Lokasi penyimpanan batu pada halaman bawah Candi Borobudur
No comments:
Post a Comment