Dengan tangan terikat, gadis ini duduk di gerobak terbuka, menanggung penghinaan orang banyak dan pasrah dengan benda-benda yang dilemparkan ke arahnya. Ia tetap tenang meski tahu bahwa hidupnya takkan lama.
Ketika gerobak yang menggiring sang gadis hampir sampai, ia tersadar: kematiannya takkan bisa dihindari. Dirinya tak mungkin bisa melarikan diri.
Akhirnya, gadis ini tewas pada 16 Oktober 1793, di puncak Revolusi Prancis.
Semuanya terjadi karena empat kata:
"Biarkan mereka makan kue."
Ini merupakan sebuah kebohongan.
Marie Antoinette lahir di Wina, Austria, sebagai putri penguasa Kekaisaran Hapsburg. Untuk memperbaiki hubungan Prancis dan Kekaisaran Austria setelah Perang Tujuh Tahun, ibunya menawarkan Marie untuk menikah dengan Louis XVI.
Ia masih berusia belia, empat belas tahun kala itu.
Rakyat Prancis tidak menyetujui pernikahan tersebut—beberapa menentang aliansi dengan Austria; yang lain tak menyukai Marie Antoinette karena alasan sepele.
Karena banyak orang Prancis yang kontra, efek kumulatif dari perkara kecilpun diperolehnya. Marie Antoinette telah menghabiskan banyak sekali dana. Ia akhirnya mendapatkan dendam dari berbagai pihak, padahal semua dana itu dialokasikan untuk rakyat jelata. Propaganda populis membesar-besarkan pengeluaran Marie sampai ke tingkat ekstrem yang menggelikan. Hal ini membuat masyarakat semakin murka.
Pada saat eksekusi, hanya ada sedikit simpati di antara rakyat jelata Prancis. Mereka haus akan darah, dan mereka memperolehnya.
Orang-orang mengatakan bahwa Marie Antoinette tidak peduli dengan orang miskin, bahwa ia adalah ekses terburuk dari monarki Prancis, mengutip dari kalimat terkenalnya, "Biarkan mereka makan kue". Sebenarnya, Marie tidak pernah mengucapkan kalimat itu. Desas-desus pun kembali muncul di seluruh masyarakat, tentang bangsawan yang berbeda-beda sejak akhir 1660-an.
Terlepas dari kesalahpahaman mengenai Marie Antoinette yang populer, Marie jelas tidak membenci rakyat jelata. Ia telah memberikan amal dengan cuma-cuma, membangun rumah singgah bagi ibu yang tidak menikah, mengunjungi keluarga miskin, juga menyediakan sembako dan uang. Selain itu, Marie rela menjual benda-benda kerajaan. Ini dilakukannya untuk menyediakan biji-bijian bagi keluarga miskin. Terakhir, ia juga telah mengadopsi anak-anak yatim piatu.
Ini semua dapat diabaikan ketika buku-buku sejarah menggambarkannya sebagai ratu bebal nan acuh. Mungkin lebih mudah untuk menginginkan kematian seorang gadis egois, tak berperasaan. Daripada, gadis simpatik dan dermawan yang menghabiskan banyak dana untuk orang miskin.
"Biarkan mereka makan kue" adalah kata-kata yang menyegel kehancuran Marie, yang bahkan bukan miliknya. Berada di guillotine (alat pemenggal kepala), dan bersiap untuk mati, Marie Antoinette akhirnya harus menerima nasib. Gaun putihnya tertiup angin sepoi-sepoi; di momen itu, ia sama sekali tidak menangis, protes, atau menjerit. Tanpa membuang waktu, bilah guillotine pun dijatuhkan.
Dan, dengan bunyi gedebuk memualkan, teror pemerintahan yang sebenarnya telah dimulai.
No comments:
Post a Comment