Romeo tahu bahwa dirinya begitu jahat kepada Sella. Tapi apalah bisa dikata, karena ulah sang ayah yang menitipkan Sella kepadanya dan memintanya untuk menjadi guardian Sella, membuat jiwa psycho-nya keluar begitu saja.
Sella, si pemilik bibir merah yang dapat menaikkan birahinya ke level puncak. Tubuhnya tergolong sempurna walaupun masih berumur 17 tahun. Payudara yang padat berisi dengan kulit seputih salju pucat. Begitu lembut dan menjadi candu saat ia menyentuhnya. Belum lagi dengan area kewanitaannya yang tentu masih sangat rapat dan tersegel sempurna, terkadang membuat iblis yang bersarang di dadanya keluar... memintanya untuk segera menyerangnya.
Keinginan itu semakin besar ketika Romeo mengetahui rahasia besar keluarganya bahwa Sella hanyalah anak adopsi dari panti asuhan yang dulu pernah menjadi rumah pertama ayahnya, Raka.
Flashback on.
"Walaupun sella bukan adik kandungmu, tapi papa ingin kamu menganggapnya sebaliknya."
"Kenapa aku harus melakukan hal itu?"
"Karena Sella akan mendapat seperempat bagian hak waris milik papa."
"Mustahil! Mana mungkin anak yatim piatu seperti dia mendapatkan hak itu!"
"Papa memiliki hak penuh itu, Romeo."
"Aku tidak mau berbagi hak warisku dengan Sella!"
"Kalau begitu papa akan menghapus namamu sebagai hak waris utama keluarga ini."
Flashback off.
Mengingat percakapan itu, membuat Romeo berang. Hak waris itu hanya pantas dimiliki olehnya!
Romeo merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh ayah dan ibunya tentang Sella.
Kenapa mereka begitu menyayangi Sella yang jelas-jelas hanya seorang gadis panti miskin!
"Hapus tangisanmu, Sella!" Gertakannya membuat Sella tersentak dan Romeo tidak peduli.
Sella buru-buru menuruti perintahnya dengan menghapus jejak air mata yang mengalir di pipinya yang bersemu merah.
"Sekarang buka kedua kakimu." Romeo kembali memerintahkan Sella untuk melebarkan kedua kakinya.
"Ka-kak mau apa...?" Sella bertanya dengan suaranya yang terdengar merdu. Matanya yang sembab menatap sayu bercampur takut kepada Romeo.
Romeo tidak membalas pertanyaannya. Baginya, Sella tidak punya hak untuk bertanya apapun kepadanya. Semua fasilitas yang didapat oleh Sella saat ini adalah bayaran dari service yang Romeo dapat.
Romeo bejat?!
Romeo tidak peduli jika ia disebut seperti itu.
Romeo mendorong tubuh mungil Sella agar berbaring di sofa. Diangkatnya rok abu-abu milik Sella hingga naik ke atas perutnya.
"Kak.. jangan.." Sella memohon namun Romeo memintanya untuk diam.
"Diam."
Sella diam dengan wajah pucat pasi.
Romeo menyusuri paha mulus milik Sella dengan jemari tangannya. Diturunkannya celana dalam warna pink yang menutupi keindahan kewanitaannya.
Baru kali ini Romeo melihat liang surgawi milik seorang gadis seindah ini. Tidak ada rambut di sekitar area sensitif Sella, memudahkan Romeo untuk dapat melihatnya dengan jelas.
Romeo mulai permainannya. Ditekannya miss-v milik Sella dengan kuat. Lalu digeseknya secara memutar bibir kewanitaannya hingga Sella mendesah.
"Aahh aahh... kak..." Sella mencengkram pinggiran sofa dengan kencang.
"Mendesah lebih keras." Romeo kembali memerintah, namun kali ini suaranya terdengar lebih lembut.
Sella malu untuk melakukannya. Ia hanya mengigit bibirnya kuat-kuat.
"Lakukan atau kusetubuhi kamu, Sella." Ancam Romeo serius.
"Ja-jangan..! Sella nggak mau.." Sella menggelengkan kepalanya, lalu mengikuti keinginan Romeo untuk mendesah.
"Kalau begitu lakukan."
Sella menahan rasa malunya dengan mendesah kencang. Cengkramannya semakin keras dilakukan olehnya hingga jari-jarinya terasa perih.
Sella merasa sangat tersiksa ketika Romeo mulai bermain kasar di miss-v-nya yang masih virgin, "Sakit kak... tolong... aahh aahh..."
Sella memohon untuk berhenti, namun Romeo masih bertahan memainkan liang kenikmatannya hingga cairan kental meleleh keluar dari dalam sana.
Sella akhirnya orgasme dengan nafas terengah dan peluh membasahi dahinya.
Sella yang baru saja mengatur nafasnya terkejut saat bibirnya kembali dicium oleh Romeo. Ia lebih terkejut saat ciuman itu terasa lebih lembut dari sebelumnya.
"Kak Romeo..." Sella refleks mencoba memeluk tubuh Romeo, namun Romeo segera menahan tangan Sella.
"Jangan peluk aku, kalau kamu masih ingin menjaga keperawananmu, Sella." Ucap Romeo yang tiba-tiba bangkit seraya merapikan kembali jas kerjanya.
Sella diam dan kembali duduk di sofa. Kepalanya tertunduk lemah. Tangannya gemetar mencoba merapikan pakaiannya yang hampir dibuat telanjang oleh Romeo.
Sella masih ingin menjaga kesuciannya untuk calon suaminya kelak. Tapi...
Tapi jika Romeo terus melakukan hal tabu ini kepadanya, apa Sella masih dapat bertahan?
Sella menggelengkan kepalanya dan merasa tubuhnya semakin lesu ketika ia dilanda orgasme yang hebat.
Sella belum sarapan dan perutnya mulai berlomba untuk berteriak.
Sella lapar....
Sella ingin mengatakan dua kata itu kepada Romeo, tapi rasa takutnya kepada Romeo menghalanginya untuk mengungkapkan perasaannya.
"Teza akan membawakanmu sarapan," Sella mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk dan merasa malu saat mata tajam itu juga tengah menatapnya.
"Makanlah selama aku sedang rapat."
Apa kak Romeo bisa membaca pikirannya?
No comments:
Post a Comment