Sunday, February 26, 2023

Romeo & Sella part 1

 


"Sella!" Teriakan yang menyerupai sebuah geraman memecah keheningan pagi di salah satu rumah mewah minimalis modern yang berada di Jakarta.

Seorang gadis belia yang baru saja menyelesaikan aktivitas mandinya itu segera melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya yang terlahir indah.

Sella Eleanora S.—gadis belia berusia 17 tahun itu dengan sikap tergesa memakai seragam putih abu-abunya.

"Sella! Cepat turun!"

"Se-sebentar!"

Sella melihat penampilannya di depan cermin, dan segera memoleskan bedak tipis di wajahnya. Lalu disisirnya rambut coklatnya yang bergelombang itu dengan cepat.

"Aduh, sepatu milik Sella mana ya?" Gadis bernama Sella itu mengendarkan pandangam matanya ke seluruh penjuru ruangan, dan akhirnya berhasil menemukan sepatu pemberian ibunya yang tercinta ternyata berada di dekat lemari pakaian.

"Sella!"

Suara tidak sabaran itu membuat Sella tersentak.

Disambarnya sepatu warna putih itu, lalu dipakainya sambil berusaha berlari kecil keluar kamar.

Sella kemudian mempercepat langkah kakinya saat sepatunya berhasil ia pakai dengan sempurna. Dilewatinya satu persatu anak tangga hingga si pemilik suara kasar itu mulai terlihat, dan refleks membuat Sella memelankan langkahnya.

Sella melihat pria berkemeja putih yang baru saja menyelesaikan gelar Magisternya dalam bidang bisnis itu dengan perasaan canggung bercampur takut. Tatapan matanya yang kuat tampak menatap Sella dengan lekat. Rahangnya begitu tegas, seolah mencerminkan kepribadiannya yang kuat.

"Kamu membuatku menunggu lama, Sella!" Romeo berjalan mendekati Sella, lalu dicengkeramnya pergelangan tangannya yang putih hingga memberikan bekas warna merah di sana.

"Aduh, sakit.. kak.." Sella meringis kesakitan. Kedua kakinya bahkan harus berjingat ketika Romeo menariknya.

"Jangan merengek." Romeo menyeret Sella keluar rumah, lalu mendorongnya masuk ke dalam mobil dan duduk di jok penumpang bersama dengannya.

"Langsung ke kantor!" Romeo meminta supir pribadi milik ayahnya untuk segera melajukan mobilnya.

"Baik, den."

Sella yang duduknya merapat ke sisi pintu menoleh kepada Romeo, "Terus Sella gimana kak?"

Romeo hanya menyandarkan punggungnya dengan santai. Kedua matanya terpejam diikuti dengan diangkatnya kedua kakinya ke atas dengan auranya yang benar-benar layaknya seorang raja, "Kamu ikut aku ke kantor."

"Tapi Sella kan harus sekol—..."

"Diam, Sella."

Sella segera mengunci mulutnya karena desisan Romeo kepadanya.

Romeo selalu memintanya untuk diam dan menurutinya.

Sella menghela nafasnya, lalu melihat pemandangan keluar jendela. Sella merasakan hawa dingin yang secara perlahan mulai menjalar ke seluruh saraf pada tubuhnya karena sikap Romeo yang selalu berbuat semena-mena kepadanya.

"Keluar." Sella yang melamun lama tersentak begitu saja ketika pintu pada mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba telah terbuka, dan Romeo kembali memerintahnya agar segera keluar.

Sella memanyunkan bibirnya yang berwarna merah alami saat ia keluar dari dalam mobil, dan hal itu ternyata tidak luput dari perhatian Romeo yang sejak tadi memperhatikannya.

"Ayo." Romeo meraih pinggang Sella dan membawanya masuk ke sebuah gedung pencakar langit yang sangat besar.

Sella mengikuti Romeo dan tanpa sadar ikut melingkarkan satu tangannya ke pinggang perkasa milik kakaknya.

"Selamat pagi, tuan muda." satu kalimat hormat itu didengar secara terus menerus di telinga Sella. Semua karyawan tampak membungkukkan badannya karena kedatangan sang pewaris muda keluarga 'Suregar', yang pada tahun ini telah genap berusia 25 tahun.

Baru saja sampai di dalam ruang pribadi berlabel General Manager, seorang karyawan pria tiba-tiba masuk dengan sedikit membungkuk hormat.

Sella sempat melihat mata pria itu menatapnya terlebih dahulu sebelum menatap kakaknya, Romeo.

"Tuan muda, pak Surya ingin bertemu dengan anda."

"Suruh dia menungguku di ruang seminar." Romeo meletakkan tas kerjanya ke atas meja, lalu berjalan menghampiri Sella.

"Baik, tuan." karyawan itu kemudian keluar meninggalkan kantor pribadi Romeo dan sekali lagi memberikan tatapan anehnya kepada Sella.

Sella tidak menyukai tatapan mata pria itu.

Sella begitu risih hingga tanpa disadari olehnya, Romeo sedang memperhatikannya sambil terus berjalan dan memangkas jarak mereka hingga begitu dekat.

"Tugasmu sekarang adalah menungguku di sini. Jangan pernah keluar dari dalam ruangan ini tanpa perintahku. Paham?" Romeo meraih dagu Sella, lalu menjepitnya.

Sella yang mendapatkan perintah itu hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

"Good." Romeo kemudian mencium bibir penuh milik Sella.

Sella tidak terkejut sama sekali saat bibirnya dilumat oleh Romeo, karena kakaknya memang dan selalu mencium bibirnya jika mereka hanya berdua.

"Hmmph.. ahh.." Sella mendesah saat Romeo mendorong tubuhnya hingga jatuh ke sofa. Payudaranya yang berukuran cukup besar perlahan mulai diraba dan diremas lembut oleh Romeo.

Sella awalnya menolak perbuatan tidak senonoh Romeo kepadanya, tapi di sisi lain... Sella takut dengan ucapan kakaknya yang mengancam akan mengirimnya kembali ke panti asuhan jika ia tidak menurutinya. Termasuk mengancam akan mengambil seluruh fasilitas keluarga yang telah melekat lama pada Sella.

Sella memejamkan matanya dan teringat dengan peristiwa satu tahun yang lalu...

"Kak Romeo.. jangan!"

"Pelankan suaramu, Sella! Nanti papa bisa mendengar suaramu!"

"Tapi...nghh.."

Sella sangat sedih mengetahui bahwa dia hanyalah anak angkat... dan Sella baru mengetahui kenyataan itu satu tahun yang lalu ketika kakaknya menyelinap masuk ke kamarnya dan mulai memaksanya untuk melakukan hubungan intim dengannya, walaupun masih dalam ranah... Making Out.

Sella membuka matanya yang sempat terpejam. Bibirnya mulai merasa ngilu karena ciuman panjang Romeo. Begitupun dengan payudaranya yang terasa sakit karena remasannya yang telah berubah kencang.

Sella meremas kemeja warna putih milik Romeo karena merasa tidak tahan dengan rasa sakitnya.

"Kak Romeo.. payudara Sella sakit.." Sella merintih saat Romeo melepaskan bibirnya, namun tidak dengan payudaranya yang masih dimainkan oleh Romeo.

"Nanti kamu juga akan terbiasa." Ucap Romeo dengan tenang. Bahkan secara perlahan, satu tangan Romeo yang lain mulai aktif merayap ke bawah dan menerobos masuk ke dalam rok abu-abu milik Sella.

"Ngghh.. tapi.. aahhh.. sakit kak.." Sella menggigit bibirnya yang bengkak, merasakan sensasi di bagian kewanitaannya dan payudaranya yang saat ini dimainkan oleh Romeo.

Romeo mengabaikan kesakitan Sella dengan terus melepas satu persatu kancing baju milik Sella, lalu melepaskannya secara perlahan sampai menyisakan bra warna pink milik Sella yang menutupi keindahan payudaranya yang sempurna.

"Kak.. jangan gi... gigit.. Sella nggak kuat... ahhh.. sakit..!"  Sella merintih keras karena puting dadanya dihisap, dan berakhir dengan digigit keras oleh Romeo.

Sella tidak bisa membendungnya lagi dan akhirnya menangis karena rasa sakit itu.

"Hiks!" suara tangisan Sella yang sesenggukan hebat membuat Romeo menghentikan aksinya. Satu tangannya yang berada di kewanitaannya, mulai Romeo jauhkan.

"Menangis lagi." Romeo berkata dengan sinis dan Sella yang mendengarnya merasa begitu tertekan.

"Hiks!!" Sella menutupi sebagian wajahnya dengan tangannya yang gemetar.

"Shit. Stop it, Sella!" Romeo membentaknya, dan sontak membuat Sella membungkam mulutnya, memaksa dirinya untuk tidak menangis lagi. Tapi rasanya sangat sulit ketika tidak ada kelembutan yang selama ini —secara diam-diam— didambakan oleh Sella kepada Romeo.

Sella selalu berharap kakak angkatnya akan bersikap lembut kepadanya atau setidaknya untuk sekali saja menjadi seorang kakak untuknya, tapi.. sepertinya itu hanya angan-angan saja, karena Sella merasa... Romeo sangat membencinya dan hanya ingin memanfaatkan kepolosannya.

No comments:

Post a Comment

Inovasi Permainan Kasino Satuslots: Apa yang Akan Datang di Masa Depan?

  Industri perjudian kasino   satuslots   terus bergerak maju dengan cepat, didorong oleh perkembangan teknologi dan permintaan konsumen   s...