Apa (atau siapa) itu Tiktaalik?
Saya sarankan untuk tidak berekspektasi banyak, karena hewan yang satu ini bisa dibilang … memang tidak terlalu keren dari segi tampang.
Tiktaalik roseae adalah sejenis Stegocephalia (hewan bertungkai primitif) yang hidup pada Periode Devon, sekitar 375 juta tahun yang lalu. Fosil hewan ini ditemukan di tahun 2004 di Nunavut, Kanada. Ukurannya juga tidak besar—kepalanya kira-kira sepanjang telapak tangan manusia.
Jadi, ikan ini hidup jauh sebelum dinosaurus berevolusi, dan bahkan sebelum reptilia—bisa jadi juga sebelum vertebrata mengolonisasi daratan. Era hidup hewan ini membuat fosil Tiktaalik menjadi penting, karena ada satu peristiwa yang semestinya terjadi di Periode Devon: evolusi vertebrata darat.
Ikan aneh ini mempunyai mata yang terletak di bagian atas kepala. Kepalanya itu sendiri berbentuk segitiga dengan barisan gigi-gigi tajam kecil. Tulang-tulang vertebra di balik kepalanya menunjukkan bahwa ikan ini rupanya punya leher yang bisa digerakkan. Rusuknya juga lebih kompak dibanding ikan lain yang hidup sezaman, ditambah dengan sirip bertulang yang memiliki celah—
Stop.
Semua ciri tersebut mengarahkan kita pada pembahasan berikutnya, yaitu:
Apakah Tiktaalik ada hubungannya dengan manusia?
Sejak pertama ditemukan, para paleontolog sudah menganggap bahwa Tiktaalik adalah spesies transisi, karena … ya ampun. Coba lihat dia.
- Mata hewan ini terletak di bagian atas kepala, sama seperti buaya dan ikan gelodok (mudskipper) yang notabenenya merupakan hewan yang akrab berpindah dari air ke darat.
- Tengkoraknya memiliki lubang untuk spirakel di belakang mata. Paleontolog beranggapan bahwa lubang spirakel ini digunakan untuk bernapas menggunakan paru-paru sederhana ketika Tiktaalik berada di darat.
- Lehernya bisa digerakkan. Ciri yang unik mengingat Tiktaalik secara teknis adalah ikan.
- Rangka tubuhnya, terutama tulang rusuknya, lebih kompak dibanding ikan pada umumnya dan memungkinkannya menahan beban tubuhnya sendiri ketika berada di darat.
- Tiktaalik mempunyai sirip depan bertulang yang dapat digerakkan maju-mundur sebagaimana kaki. Bentuk tulangnya mengindikasikan bahwa ada otot besar yang melekat di siripnya sehingga memungkinkan pergerakan menyeret diri dari air.
- Usia fosil Tiktaalik (375 juta tahun) berada di antara usia fosil ikan-ikan yang serupa tapi lebih primitif, misalnya Panderichthys (380 juta tahun) dan fosil amfibi awal, misalnya Ichthyostega (365 juta tahun).
Tiktaalik merupakan bukti terkuat kita bahwa tetrapoda (vertebrata bertungkai) berasal dari air—dari ikan.
Hubungannya dengan manusia?
Manusia sendiri adalah primata, di mana primata termasuk bagian dari mamalia, di mana mamalia termasuk bagian dari tetrapoda (bersama dengan aves, reptilia, dan amfibi) … sehingga meski secara tidak langsung, Tiktaalik tetap ada hubungannya dengan manusia, yaitu sebagai common ancestor atau nenek moyang bersama dengan seluruh tetrapoda.
Sampai sini, apa kasusnya selesai?
O, belum. Tidak sesederhana itu.
Meskipun kita sudah yakin bahwa tetrapoda berevolusi dari ikan yang menyesuaikan diri untuk hidup di darat dan menurunkan amfibi, kita masih belum tahu pasti spesies mana yang benar-benar merupakan transisi antara ikan ke amfibi.
Ini karena, selain kelebihan-kelebihan di atas, Tiktaalik juga punya fitur yang agak ganjil sehingga dia tidak serta-merta disahkan sebagai nenek moyang bersama vertebrata darat. Salah satunya adalah Tiktaalik punya vertebra yang lebih banyak dibanding ikan-ikan kerabatnya sesama tetrapodomorpha.
Selain itu, di Polandia, telah ditemukan fosil jejak hewan darat yang sedikit lebih tua dari Tiktaalik (atas) hanya saja masih belum bisa dipastikan siapa pemilik jejak kaki itu.
Artinya:
- Tiktaalik bisa saja memang merupakan nenek moyang bersama tetrapoda, hanya saja kita belum mengetahui detailnya.
- Tiktaalik bisa saja merupakan "relik" alias kelompok hewan yang tetap memiliki bentuk seperti pendahulunya selagi kerabatnya yang lain ada yang sudah berevolusi menjadi tetrapoda sejati.
- Tiktaalik bisa saja hanya sekedar evolusi konvergen dengan nenek moyang tetrapoda.
- Tetrapoda bisa jadi berevolusi lebih dari sekali selama Era Paleozoikum, melalui berbagai spesies.
Jadi, benarkah ikan purba Tiktaalik merupakan nenek moyang manusia?
Bisa benar, bisa juga tidak. Tetapi, hubungan Tiktaalik dengan manusia hanyalah sebatas nenek moyang bersama tetrapoda saja dan bukan merupakan nenek moyang langsung.
No comments:
Post a Comment